13 "Penyakit" Guru

 “Toko Budi daya” inilah sebuah tempat yang menjadi faktor utama, saya mencoba menampilkan pstingan kali ini tentang 13 Penyakit Guru.. kenapa kenapa kenapa kenapa?? Karena di Toko Budi Daya ini saya membaca sebuah  info tentang hal tersebut beberapa hari yang lalu.

Toko Budi daya ini merupakan sebuah toko penyedia jasa foto kopy dan keperluan ATK serta barang2 lainnya (hmmm promosi lagi kayaknya ini), tetapi yang hebatnya, pengelola toko itu juga selalu menempelkan sebuah bacaan di sebuah dinding dalam toko itu, mungkin untuk para pelanggan sebagai bahan bacaan dan info.

Berbicara tentang penyakit, maka ini merupakan sesuatu yang berbahaya bagi manusia dan harus segera disembuhkan. Namun, penyakit yang saya maksud pada postingan kali ini adalah bukan penyakit pada umumnya (mungkin seperti kanker, usus buntu, atau apalah namanya), tetapi ini merupakan penyakit pada khususnya. Bagi guru, mungkin ini semacam kebiasaan buruk atau sesuatu yang kurang dikuasai untuk menjadi guru profesional (hmmm kaya jago mii juga itu, hehe). Namun kalau “penyakit” guru ini dibuatkan akronimnya, bisa jadi nama penyakit sungguhan juga.

Baiklah, langsung saja saya paparkan dan menjelaska sedikit terkait ke tiga belas “penyakit” guru ini yang memang menjadi sesuatu yang tidak boleh diremehkan oleh para insan pendidik yang berpredikat “Pahlawan tanpa tanda jasa ini”. Cekidot!
1.    THT (Tukang Hitung Transport)
Penyakit ini memang sudah mengakar di dalam tubuh para guru kita (tapi tidak semua tawwa). Terutama ketika seorang guru ingin memberi les sore kepada siswa-siswanya. Pastinya setiap siswa diharuskan membayar sekian rupiah (kalo misalnya siswanya banyak, berapa dapatnya???). hal itu tidak lain, untuk menggantikan uang transport guru itu atau biasa orang menyebutnya “uang cape” atau “uang jalan” karena proses pembelajaran dilakukan di luar jam sekolah. Padahal seharusnya tidak perlu membebankan siswa seperti itu, mari belajar ikhlas. Selain itu juga, menurut kabar burung, para guru juga berhitung tentang pembagian transport dari dana BOS (hummmm dasar keong racun).

2.    TIPUS (Tim pemburu sertifikasi)
Siapa sih yag tidak mau uang banyak? (mungkin) itulah yang membuat para guru berlomba-lomba memburu untuk mendapatkan sertifikasi. Pokono biar yang sudah nenek-nenek ikut juga memburu. Kalau sudah disertifikasi, gaji pun dinaikkan sekian kali lipat (waaaawww).

3.    KUDIS (Kurang disiplin)

Saya rasa bukan hanya guru saja yang mempunyai “penyakit” ini, tetapi juga dosen (bahkan lebih parah kayaknya) dan hampir semua manusia di muka bumi ini. Namun khusus untuk guru, penyakit ini termasuk di dalamnya sering datang terlambat (iye nanti tinggal beberapa detik baru masuk) dan hanya datang sekedar memenuhi absen, sama halnya seperti siswa bandel (setuju!!!).

4.    ASMA (Asal masuk)
Penyakit ini sedikit hubungannya dengan penyakit Kudis di atas. Ada guru yang hanya sekedar masuk alias mengajarnya tidak benar-benar untuk mencerdaskan siswa-siswanya, secara luas mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berkaitan dengan niat kita sebagai guru. 


5.    LESU (Lemah sumber)
Penyakit ini berkaitan dengan kebiasaan guru yang sangat jarang membaca buku-buku atau pun informasi-informasi yang menunjang profesinya sebagai seorang guru. Hal ini pun menyebatkan kelemhhan guru pada sumber bacaannya, khususnya wawasan guru tersebut. akan menjadi hal yang memalukan ada siswa yang bertanya, lantas guru tersebut tidak bisa menjawab dikarenakan lemah sumber alias tidak pernah membaca.

6.    ASAM URAT (Asal mengajar kurang akurat)
Penyakit ini juga berhubungan dengan penyakit Asma di atas. Seorang guru yang hanya mengajar, bahkan terkadang waktu dua sampai tiga jam pelajaran itu habis bukan untuk mengajar siswa-siswanya, melainkan untuk memarahi dan mengomeli siswa-siswanya (na’udzubillahi min dzalik). Hal ini pun menjad salah satu penyebab ketidakakuratan guru ketika mengajar di kelas.

7.    KUSTA (Kurang strategi)
Terkadang ketika guru mengajarkan materi apa saja di dalam kelas hanya satu metode yang digunakan, yakni metode ceramah (emang di masjid pake ceramah, ckck) tanpa mengolaborasikannya dengan metode yang lain. Hal ini mingkin disebabkan oleh tidak adanya kesadaran guru untuk berkembang dan meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa menjadi pasif, mereka hanya duduk, diam, dan mendengarkan (pantas banyak mahasiswa yang ambil judul PTK), sehingga prestasi belajar mereka pun rendah. Oleh karena itu, guru seharusnya berkembang dengan selalu mencari strategi pembelajaran yang cocok dengan indikator kompetensi belajar siswa (super sekali).

8.    KERAM (Kurang terampil)
Guru juga terkadang kurang terampil, khusunya dalam mengelola kelas. Guru tidak menuasai dengan kelas. Banyak siswa yang keluar masuk kelas, main-main di belakang, dan sebagainya. Guru hanya mengurus atau pandangan guru hanya mengarah pada siswa yang duduk di bagian depan tanpa memperhatikan siswa lain yang  duduk di bagain belakang (iyo kasiannya mii yang duduk di belakang, hiiks hiks). Oleh karena itu, guru seyogyanya guru terampil dalam mengelola kelas dengan baik dengan mengenal seluruh karakter siswanya dan tidak membeda-bedakan antara siswa yang satu dengan yang lain.

9.    STROKE (Suka terlambat rupanya kebiasaan)
Guru yang suka terlambat dan menjadi kebiasaan ini biasanya adalah guru yang mempunyai “ekor” alias guru yang sudah mempunyai anak (apalagi jam mengajarnya pagi, jangan mii diharap, hehe) juga yang sudah menikah. Namanya seorang ibu yang baik harus mengurus segala kebutuhan si anak, apalagi si anak masih kecil-kecil (kayak ucok baba, hehe maksudku pendeknya) dan cengeng alias suka nangis. Biar tidak agar tidak menjadi hambatan, ada guru yang membawa serta anaknya di sekolah, bahkan membawanya dalam kelas. Namun,  bukan berarti yang belum “berekor” alias belum mempunyai anak atau yang belum menikah tidak terlepas dari cengkeraman penyakit stroke ini. Tidak sedikit yang suka terlembat datang ke sekolah untuk mengajar. Alasannya pun banyak, mulai dari telat bangun (maklumm bos belum ada istri, ckck) sampai sibuk mengurus hal lain. Komitmen untuk tidak terlambat dibutuhkan untuk menyembuhkan "penyakit" ini.

10.    KURAP (Kurang persiapan)
Persiapan dibutuhkan dalam segala hal sebelum memulai sesuatu, termasuk menjadi guru yang akan memberi ilmu kepada siswa-siswanya. Mempersiapkan segala sesuatu sama dengan merencanakan segala sesuatu. Jika kita tidak siap atau kita GAGAL MERENCANAKAN, MAKA SESUNGGUHNYA KITA TELAH MERENCANAKAN KEGAGALAN (kata-katanya siapa ini dii?? Ada yang tahu?). Bagi seorang guru, banyak yang perlu dipersiapkan dan direncakan, mulai dari RPP yang termuat di dalamnya langkah-langkah pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran, alat evaluasi pembelajaran, dan sebagainya, sehingga hal ini pun akan berdampak positif bagi perkembangan hasil belajar siswa (iyo betul itu).

11.    GAPTEK (Gagap teknologi)
Di era globalisasi sekarang ini, seyogyanya kita (bukan hanya guru) menguasai yang namanya teknologi. Teknologi akan memudahkan kita mengakses informasi dan hal lainnya dari segala penjuru dunia yang membuat ini hanya selebar layar blackberry (tidak laku sekarang daun kelor, hehe)., seperti televisi, komputer, internet, LCD proyektor, dan sebagainya. Khusus untuk guru, hal ini sangat untuk menunjang keprofesionalannya sebagai seorang pendidik.

12.    TBC (Tidak Bisa Computer)
(waaaahhh ini yang parah) penyakit ini merupakan salah satu jabaran dari penyakit gaptek di atas. Komputer saat ini menjadi alat yang harus dikuasai oleh manusia, bahkan di sekolah-sekolah sudah ada mata pelajaran tentang komputer,. Ini menandakan komputer sangat penting bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu manfaatnya adalah memudahkan kita dalam hal tulis menulis. Bagaimana dengan guru yang tidak menguasai komputer? Maka jawabannya adalah harus dibina (atau dibinasakan saja, hehe) atau diberi pelatihan agar bisa menguasai komputer. Siswa pintar komputer, sementara gurunya tidak bisa komputer. Keadaan seperti ini sungguh sangan memalukan (termenung).

13.    MUAL (Mutu amat lemah)
Bisa dikatakan penyakit ini merupakan kesimpulan dari dua belas penyakit yang sudah saya paparkan di atas. Penyakit-penyakit itu pastinya membuat guru memiliki mutu atau kualitas yang rendah. Dengan kata lain, tidak profesional (aiiiiiiii lembek). Kualitas guru yang rendah, pasti akan berdampak negatif pada siswa sebagai objek guru. Pastinya sesuatu yang sangat tidak kita harapkan (pastinyaaa). Oleh karena itu, hendaknya para guru mulai meningkatkan kualitas/mutunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya adalah dengan berusaha untuk tidak terkena ketigabelas “penyakit” tersebut. Bagi calon guru agar juga berusaha untuk tidak terjangkait penyakit ini ketika sudah menjadi guru (terutama penulis hehe). Bagi yang sudah terkena, maka berusahalah untuk menyembuhkan “penyakit” tersebut. Pada akhirnya, guru pun meningkat mutunya/kualitasnya, hasil belajar siswa pun meningkat, dan kehidupan bangsa pun jadi cerdas. Ini semua dimulai dari seorang yang disebut G.U.R.U.

Penting untuk menjadi catatan bahwa tiga belas penyakit guru tersebut tidak serta merta diidap oleh semua orang yang berprofesi sebagai guru. Akan tetapi, ada banyak guru di luar sana yang patut dijadikan contoh untuk meningkatkan keprofesionalan kita sebagai guru dan calon. Terima kasih.

Semoga bermanfaat!!!

0 komentar:

Posting Komentar