Sugono (3009,
301) mengatakan bahwa sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia (terutama ragam
lisan) telah memenuhi fungsinya; hampir-hampir tidak pernah terjadi gangguan
komunikasi karena bahasa. Namun, sebagai bahasa ilmu (terutama ragama bahasa
tulis) masih banyak masalah yang belum tergarap. Sebagaimana dikemukakan pada
ciri-cirinya, ragama bahasa tulis harus memiliki unsur yang lengkap
(S,P,O,Pel,K) sesuai dengan tipe verba predikat sehingga setiap kalimat yang
dituliskan dapat dibaca dengan jelas dan mudah dipahami, tidak timbul ketaksaan
(kerancuan). Setiap kalimat yang dituliskan hanya memiliki satu makna. Dalam
kenyataannya, berdasarkan pengamatan terhadap penggunaan bahasa Indonesia,
masih banyak ditemukan kesalahan dalam berbahasa. Sering kesalahan ini tidak
terjadi. Berikut contoh-contoh kesalahan dalam kalimat beserta penjelasan yang diambil dari buku Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar karya Dr. Dendy Sugono.
1.
Kesalahan Struktur
1.1
Aktif dan Pasif
Orang sering tidak menyadari bahwa
kalimat-kalimat yang digunakan
sebenarnya berada di garis batas antara bentuk aktif dan bentuk pasif. Sebuah
pernyataan dikatakan kalimat aktif, tetapi tidak memenuhi syarat-syarat sebagai
kalimat aktif; dan dikatakan kaliamt pasif, tetapi tidak tidak memenuhi syarat
sebagai kalimat pasif. Berikut contoh-contohnya.
(1)
Saya sudah katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar itu tidak mudah.
Kalimat (1) itu menimbulkan kerancuan; unsur manakah yang
menjadi subjek kalmat itu. Apakah saya atau
bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah. Jika saya sebagai subjek, verba pengisi
predikat itu tidak benar. Verba itu
seharusnya berbentuk aktif yang ditandai oleh awalan meng- karena subjek kalimat berperan sebagai pelaku.
(1a) Saya sudah mengatakan bahwa
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah
Kalimat (1) juga dapat bersubjek bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu tidak mudah. Jika unsur itu merupakan subjek, bentuk
predikat kalimat (1) itu tidak benar. Karena subjek merupakan sasaran (bukan
pelaku), predikat kalimat (1) itu seharusnya berbentuk pasif.
(1b) sudah saya katakan bahwa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar itu tidak mudah.
Atau
(1c) Bahwa berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar itu tidak mudah sudah saya katakan.
Demikian juga, kalimat berikut dapat
diperbaiki dengan cara seperti kalimat (1) tersebut.
Kalimat
tidak benar
(2)
Banyak buku kami telah baca, tetapi kami tidak
temukan petunjuk penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Kalimat
Perbaikan
(2a) Banyak buku telah kami baca, tetapi
petunjuk penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar tidak kami temukan.
(2b) Telah kami baca banyak buku, tetapi
tidak kami temukan petunjuk penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
(2c) Kami telah membaca banyak buku,
tetapi tidak (kami) menemukan petunjuk penggunaan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar.
(2d) Banyak buku, kami telah membacanya,
tetapi mengenai petunjuk penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
kami tidak menemukannya
.
1.2
Subjek dan Keterangan
Jika sedang menulis, orang sering lupa
memeriksa apakah kalimat-kalimat yang dihasilkannya memenuhi syarat atau tidak.
Sering terjadi ketika orang memulainya dengan unsur keterangan yang
kadang-kadang cukup panjang. Dengan penempatan unsur keterangan di depan,
seolah-olah unsur itu menjadi subjek. Pada umumnya kalimat-kalimat yang
tergolong ini adalah kalimat-kalimat yang dimulai dengan kata seperti dalam, dari, di, kepada, pada, dengan.
(3)
Pada simpulan ini tidak memuat ikhtisar atau
rangkuman, tetapi mengemukakan hasil.
Kalimat (3) itu menimbulkan kerancuan; apakah unsur pada simpulan ini tidak memuat ikhtisar atau
rangkuman itu sebagai subjek? Jika
unsur itu sebagai sebagai subjek, kata dalam
yang megawali kalimat itu ditiadakan, seperti di bawah ini.
(3a) Simpulan ini tidak memuat ikhtisar atau
rangkuman, tetapi mengemukakan hasil.
Dengan demikian, unsur Simpulan ini tidak memuat ikhtisar atau
rangkuman menjadi subjek kalimat (3). Perbaikan (3a) itu dilakukan jika
jika subjek kalimat (3) itu Simpulan ....
Jika unsur itu sebagai keterangan, benarlah pemakaian kata pada di awal unsur itu. Dengan
berfungsinya unsur pada simpulan ini
tidak memuat ikhtisar atau rangkuman sebagai keterangan, kalimat (3) itu
tidak bersubjek, apa yang tidak memuat ikhitsar atau rangkuman? Dari kalimat (3)
itu tidak ditemukan informasi yang dapat mejawab pertanyaan itu. Jika pelaku
tidak ditemukan, kalimat itu diubah menjadi bentuk pasif karena dalam kalimat
pasif pelaku tidak wajib ada.
(3b) Pada simpulan ini tidak dimuat ikhtisar atau rangkuman, tetapi dikemukakan
hasil.
Demikian juga kalimat berikut
dapat diperbaiki seperti kalimat (3) tersebut.
Kalimat tidak benar
(4)
Kepada warga masyarakat kami harap tetap tenang
dan waspada.
Kalimat perbaikan
(4a) Warga masyarakat kami harap tetap tenang dan
waspada.
(4b) Kepada warga masyarakat kami berharap tetap
tenang dan waspada.
(4c) Kepada warga masyarakat kami minta ketenangan dan
kewaspadaan.
1.3
Pengantar Kalimat dan Predikat
Ungkapan pengantar kalimat (menurut, seperti, sebagaimana)
yang disertai nomina pelaku sering menimbulkan kerancuan antara ungkapan
pengantar kalimat dan predikat kalimat.
(5)
Menurut ahli geologi itu menyatakan bahwa
perembesan air laut telah sampai di wilayah Jakarta Pusat.
Kalimat (5) itu terjadi dari dua
bentuk kalimat yang disatukan saja, yaitu sebagai berikut.
(5a) Ahli geologi itu menyatakan bahwa perembesan air laut telah
sampai di wilayah Jakarta Pusat.
(5b) Menurut ahli geologi, perembesan air laut telah sampai di
wilayah Jakarta Pusat.
Jika ahli geologi itu sebagai subjek (5a), penggunaan kata menurut itu tidak tepat karena subjek
tidak didahului preposisi seperti itu. Jika memang pernyataan menurut ahli geologi itu sebagai
keterangan, yang berupa pengantar kaimat, perkataan menyatakan bahwa tidak tepat. Perkataan itu ditiadakan dan predikat
kalimat it adalah telah sampai dan
subjeknnya perembesan air laut (lihat
5b).
Demikian juga kalimat berikut
dapat diperbaiki seperti kalimat (5) tersebut.
Kalimat tidak benar
(6)
Sebagaimana kita ketahui bahwa panas matahari
dapat dijadikan sumber energi.
Kalimat perbaikan
(6a) Kita ketahui
bahwa panas matahari dapat dijadikan sumber energi.
(6b) Sebagaimana
kita ketahui, panas matahari dapat dijadikan sumber energi.
1.4
Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk
Bertingkat
Sering ditemukan kesalahan kalimat yang
disebabkan oleh penggunaan dua konjungsi yang seolah-olah merupakan konjungsi
korelatif. Pemakaian
konjungsi itu menyebabkan kerancuan gagasan yang dituangkan dalam kalimat
majemuk setara atau kalimat majemuk bertingkat, seperti meskipun ... tetapi ...walaupun ... namun ..., dan biarpun .., akan tetapi ..., seperti
contoh berikut.
(7)
Meskipun kita tidak menghadapi musuh, tetapi
kita harus selalu waspada.
Dua informasi
yang mempunyai pertalian perlawanan pada kalimat (7) itu apakah sederajat atau
yang satu merupakan informasi pokok dan yang lainnya sebagai informasi
penjelas. Dengan kata lain, apakah kalimat (7) itu merupakan kalimat majemuk
setara atau kalimat majemuk bertingkat. Sebagai kalimat majemuk setara, kalimat
(7) itu harus menggunakan konjungsi tetapi
saja sehingga kedua unsur kalimat itu mempunyai pertalian yang sederajat.
(7a) Kita tidak menghadapi musuh, tetapi kita
harus selalu waspada.
Atau subjek kalimat setara kedua
ditiadakan.
(7b) Kita tidak menghadapi musuh, tetapi harus
selalu waspada.
Jika unsur
pertama (walaupun kita menghadapi musuh)
itu merupakan keterangan, kalimat (7) itu merupakan kalimat majemuk bertingkat.
Unsur pertama itu merupakan anak kalimat yang menyatakan pertalian konsesif,
sedangkan unsur kedua merupakan induk kalimat yang berisi informasi/gagasan
pokok. Dengan demikian, penggunaan konjungsi tetapi tidak tepat. Kata itu
harus ditiadakan karena induk kalimat tidak didahului oleh konjungsi. Jadi,
kalimat (7) itu dapat diperbaiki menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai
berikut.
(7c) Meskipun kita tidak menghadapi musuh, kita
harus selalu waspada.
atau
(7d) Meskipun tidak menghadapi musuh, tetapi kita
harus selalu waspada.
Urutan kalimat (7c-7d) itu dapat
juga diubah, induk kalimat terletak di depan.
(7e) kita harus selalu waspada meskipun tidak
menghadapi musuh.
Kalimat berikut juga dapt
diperbaiki sebagaimana yag dilakukan pada kalimat (7) tersebut.
Kalimat tidak benar
(8) Biarpun matahari telah condong ke barat, akan
tetapi petani desa itu masih astik bekerja di sawah.
Kalimat perbaikan
(8a) Matahari telah condong ke barat, akan tetapi petani desa itu masih
astik bekerja di sawah.
(8b) Biarpun matahari telah condong ke barat, petani desa itu masih
astik bekerja di sawah.
(8c) Petani desa itu masih astik bekerja di sawah biarpun matahari
telah condong ke barat.
1.5
Induk Kalimat dan Anak Kalimat
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa,
terdapat sejumlah kalimat yang cukup berhasil dalam penyampaian informasi,
tetapi dilihat dari segi kaidah, kalimat-kalimat tersebut tidak memenuhi syarat
sebgai kalimat yang benar. Kalimat-kalimat itu ialah kalimat majemuk bertingkat
yang tidak jelas unsur-unsurnya.
(9) Berhubung objek penelitian terlampau luas, maka
pengumpulan data dibatasi pada daerah perkotaan.
Kalimat (9) itu terdiri atas dua unsur, yaitu (a) berhubung objek penelitian terlampau luas
dan (b) maka pengumpulan data dibatasi
pada daerah perkotaan. Unsur pertama diawali kata berhubung yang menyatakan pertalian sebab dan unsur kedua diawali
kata maka yang menyatakan pertalian
akibat. Dengan demikian, kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat
(9) itu tidak mempunyai induk kalimat. Padahal di dalam sebuah kalimat majemuk
bertingkat harus ada induk kalimat. Kalau begitu satu konjungsi harus
ditiadakan supaya satu dari dua unsur itu menjadi induk kalimat. Jika unsur
pertama informasi pokok, kata karena ditiadakan
sehingga unsur pertama menjad induk kalimat.
(9a) Objek penelitian terlampau
luas, maka pengumpulan data dibatasi pada daerah perkotaan.
Jika unsur pertama merupakan
keterangan, kata maka ditiadakan
sehinggar unsur kedua menjadi induk kalimat.
(9b) Karena objek penelitian terlampau luas,
pengumpulan data dibatasi pada daerah perkotaan.
(9c) Pengumpulan data dibatasi pada
daerah perkotaan karena objek penelitian terlampau luas
Demikian juga kalimat berikut dapat diperbaiki dengan cara
seperti kalimat (9) tersebut.
Kalimat tidak benar
(10)
Dengan menggunakan komputer, maka kita dapat
menganalisis data dalam waktu yang singkat.
Kalimat perbaikan
(10a) Kita menggunakan komputer,
maka kita dapat menganalisis data dalam waktu yang singkat.
(10b) Kita menggunakan komputer,
maka dapat menganalisis data dalam waktu yang singkat.
(10c) Dengan menggunakan komputer, kita
dapat menganalisis data dalam waktu yang singkat.
(10d) Kita dapat menganalisis data
dalam waktu yang singkat dengan menggunakan komputer.
Bersambung....
0 komentar:
Posting Komentar