Benarkah Perempuan Banyak Menghuni Neraka?

[Penghuni neraka disebut-sebut kebanyakan perempuan. Takdir ataukah ada alasan di balik pandangan itu?]

Adanya hadits yang menyatakan penghuni neraka kebanyakan perempuan seakan menunjukkan bahwa perempuan adalah makhluk yang paling banyak melakukan dosa dibanding lainnya. Ironisnya, bahkan dari sinilah anggapan bahwa perempuan merupakan ‘biang’ atau penyebab terjadinya fitnah dan kerusakan di muka bumi makin kuat. (Dalam sebuah lagu, wanita disebut sebagai ‘racun dunia’).
 
Namun, apakah benar demikian?
 
Apakah hadits-hadits tersebut muncul begitu saja tanpa ada asbabul wurud (sebab –sebab terjadinya sebuah hadits) di baliknya? Berikut ulasannya.
 Durhaka pada SuamiDalam sebuah kisah, ketika Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasalllam dan para sahabatnya melaksanakan shalat gerhana, beliau melihat surga dan neraka. Ketika melihat neraka, Rasul bersabda kepada para sahabatnya,” ... dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku meliaht pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Sahabat bertanya, “Mengapa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Karena kekufuran mereka.”Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Rasul menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai), niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’” (HR.     )

Hadits di atas menjelaskan bahwa perempuan penghuni neraka ang dimaksud adalah perempuan/istri-istri yang telah membangkang, tidak patuh, menyepelekan alias durhaka pada suaminy. Padahal sebagai istri, sikap yang patut dikedepankan semestinya kepatuhan/ketaatan. Istri tidak melangkah kemanapun atau berbuat apa pun tanpa restu/ridha dari suaminya. Mereka sering membicarakan keburukan-keburukan suaminya kepada teman-teman atau keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama, bersikap kasar, bermuka masam ketika memnuhi panggilan suami, tidak mau melayani suami dengan alasan yang tidak syar’i, pergi atau keluar rumah tanpa izin suami, serta mengkhianati suami dan hartanya.
 
Di samping itu, ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa banyak istri-istri sahabat di zaman nabi yang merendahkan suaminya, menuntut berlebihan, dan menganggap kecil kebaikan-kebaikan yang selama ini diupayakan sang suami. Atas dasar itulah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasalllam priharin dan menyabdakan hadits terkait.

Mengumbar Aurat
“... dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan Suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk unta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan wanginya surga padahal wanginya bisa didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
 
Menutup aurat merupakan perintah Allah yang harus diamini perempuan muslim. Perintah yang datang bukan sekedar respon terhadap kebudayaan Arab, melainkan adanya hikmah dan manfaat yang besar yang terkandung di dalamnya. Selain bisa sebagai perisai diri, identitas yang khas yang membedakan wanita muslimah dengan wanita kafir, juga memperkecil pintu fitnah. Fitnah yang muaranya bukan karena jenis kelamin mereka perempuan, tetapi aurat yang tersingkaplah yang mampu melemahkan iman kaum adam dan memancing mata-mata nakal yang tak bertanggung jawab.
 
Oleh sebab itu, manakala aurat diumbar, akan terbukalah hal-hal yang selama itu dikhawatirkan menurut pandangan syar’i dan kenyataannya, beragam bentuk kekhawatiran tersebut kini terlihat jelas.
 
Anjuran Bersedekah
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasalllam setelah berkhutbah hari raya, beliau mendatangi kaum wanita seraya menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat. Kemudian beliau pun bersabda, “Bersedekahlah kalian! Karena kebanyakan dari kalian adalah kayu bakaarnya Jahannam!” mka berdirilah salah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, ia pun bertanya, “Mengapa demikian wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak mengeluhdan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)
 
Bersedekahlah! Karna sedekah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka.” Demikian dalam hadits yang lain.
 
Kemudan para wanita itu menyedekahkan perhiasan mereka, diletakkan di baju. Ada kalung, gelang, dan ada cincin. Bahkan dalan riwayat Bukhari disebutkan, ada seorang wanita yang setelah mendengarkan khutbah itu langsung mendatangi Nabi Sallallahu ‘alaihi Wasalllam dan bermaksud menyedekahkan seluruh perhiasannya. Tetapi Nabi Sallallahu ‘alaihi Wasalllam menyarankan untuk menyedekahkannya kepada suaminya saja karena sekalipun ia berkecukupanteryata suaminya masih kekurangan atau tepatnya miskin. Ia akhirnya memberikan perhiasannya untuk keperluan suami dan anak-anaknya.
 
Jika seluruh redaksi hadits ini dicermati, jelas Nabi Sallallahu ‘alaihi Wasalllam tidak sedang memberikan pernyataan bahwa perempuan adalah penghuni terbanyak di neraka, tetapi justru memberi motivasi agar para pendengar khutbah banyak yang bersedia bersedekah. Buktinya, justru yang terbanyak bersedekah adalah para perempuan. Bahkan dalam hadits itu tidak menyebutkan satu orang pun laki-laki yang bersedekah setelah mendengar khutbah Nabi Sallallahu ‘alaihi Wasalllam.
 
Ulama yang banyak menulis kitab tentang kritik hadits menyatakan bahwa peringatan Nabi Sallallahu ‘alaihi Wasalllam dalam haadits perempuan sebagai penghuni paling banyak di neraka adalah peringatan keagamaan agar kaum perempuan tidak masuk kategori penghuni neraka. Peringatan tersebtu sangat berkaitan dengan hadits yag memerintahkan bahwa perempuan semestiya banyak bersedekah, beribadah, sebagai sarana pelebur dosa. Dan it merupakan jalan keluar agaar mereka terhindar dari api neraka (Lihat Mutiara Terpendam, Perempuan dalam Literatur Islam Klasik, dalam Makhluk yang Paling Mendapat Perhatian Nabi: Perempaun dalam Hadits, Gramedia: 2002)
 
Secara prinsipil, dalam Islam pun jelas disebutkan bahwa seseorang masuk ke dalam neraka atau surga bukanlah karena jenis kelaminnya, bukan juga karena nasab keturunannya atau karena suku bangsanya, melainkan kaena amal perbuatannya.
 
Siapa pun yang berbuat buruk akan memperoleh balasan yang buruk, sebaliknya siapapun yang berbuat baik, niscaya akan memperoleh balasan yang baik. Bahkan secara tegas dalam surat An-Nahl disebutkan, “Barangsiapa yang beramal saleh, laki-laki atau perempuan, sedangkan dia beriman, maka ia akan Kami berikan kehidupan (surga) yang baik, dan akan Kami berikan balasan dengan yang lebih baik dari yang mereka lakukan.” (QS. An-Nahl: 97)

Sumber: Majalah Hidayah Edisi 114 halaman 54-57

Semoga Bermanfaat!

0 komentar:

Posting Komentar